Rabu, 03 Desember 2008

Membahagiakan Orang Lain Dengan Ketulusan Hati

Selama jantungku masih trus berdetak maka selama itu juga aku akan merasakan pengalamanpengalaman hidup yang memberikanku semangat, kesedihan, dan sukacita. Beberapa hari ini, konsentrasiku akan pekerjaan terganggu dengan tugas akhirku sebagai mahasiswa di dalah satu universitas swasta di Jakarta. Tekanan ini membuatku ”bingung” untuk melakukan kewajibanku yang lain sebagai pekerja dan aktivitis di gereja.

Caraku menghadapi orang lain sedikit ”emosi” dan mudah ”tersinggung” melalui kata-kata dan sikap yang membuatku penuh dengan prasangkan negatif. Menjadi pribadi yang dewasa dan tenang sangatlah tidak mudah. Aku berproses membuang rasa egois yang membuatku jadi arogan. Pengajaran-pengajaran yang kudapat melalui agamaku sangat membantuku untuk menjadi pribadi yang tenang dan pengetahuanku akan karakter orang lain sangat mendukung aku menjadi pribadi yang mau dan tulus menerima perbedaan.

Sebut saja, namanya ”Misca”, gadis muda yang masih berusia belasan tahun ini adalah juniorku di Gereja. Aku mengenalnya setahun yang lalu saat dia mendatangi gereja kami dan bergabung di komunitas Pemuda. Saat itu aku sebagai salah satu aktivis pemuda menyambutnya dengan tulus dan mengharapkan dia menjadi bagian dari keluarga kami.

Dia datang dan bergabung dengan komunitas kami dan aku sangat senang. Beberapa kali pertemuan dengannya, aku mulai memahami pribadinya. Dia adalah gadis muda yang bercita-cita ingin jadi penyanyi. Suaranya bagus dan dia layak jadi penyanyi.

Aku tidak begitu akrab dengannya tapi aku ”peduli” akan keimanannya pada Tuhan. Aku memang sulit untuk dekat begitu saja dengan orang lain dan butuh proses untuk aku percaya pada orang lain. Beberapa bulan terakhir, dia menjadi PR buatku. Aku merasa ”bertanggungjawab” akan karakternya yang beda dengan orang lain. Seorang Misca yang dipercayakan Tuhan padaku adalah suatu ”tantangan” dan ”anugerah” aku bisa melayaninya. Aku mencari tahu latar belakang kehidupannya, aku mencoba menjadi pendengar yang baik untuknya, aku ”tulus” menerima perbedaannya”

Ini semua aku lakukan bukan untuk menyenangkan manusia tapi aku tahu Tuhan punya ”rencana” yang indah buat aku dan Misca.
Pernjalananku bersama Misca tidaklah semudah yang aku bayangkan. Posisiku sebagai koordinator pemuda dan banyak aktivitas lain yang menuntut keterlibatanku benar-benar mempengaruhi hubunganku dan Misca. Dia sangat tidak suka kalau aku tidak memperhatikannya atau meninggalkannya sendiri dengan orang yang dia tidka nyaman.

Aku memberinya pengertian bahwa aku tidak melupakannya tapi aku juga punya tanggungjawab yang harus kuselesaikan. Pengertian itu membuatnya tenang dan yakin. Aku bersyukur ada banyak pribadi yang mendukungku dan memberiku semangat.

Aku bahagia dan bangga saat Misca mengatakan kalau dia ”mengagumiku” dan ingin seperti diriku. Dia belajar untuk menjadi diri sendiri dan aku suka dengan keyakinannya itu. Aku melihat bahwa dia sangat kreatif dan keterlibatannya dalam organisasi gereja menunjukkan semangatnya untuk berubah. Aku benar-benar yakin kalau Tuhan memberinya banyak talenta yang bisa dia kembangkan. Saat melihatnya, aku bersyukur pada Tuhan bahwa aku diberi kekuatan untuk menerima perbedaan pribadinya. Aku bersyukur pada Tuhan aku dimampukan untuk menjadi pendamping buat Misca.

Kebutuhannya untuk selalu diperhatikan dan kebutuhannya akan pujian dan penghargaan sangat mencerminkan karakternya. Aku terus berupaya meyakinkannya bahwa dia sangat berharga dimata Tuhan dan apa yang dia lakukan akan Tuhan lihat. Aku mengajarkannya untuk melakukan ”pelayanan” pada manusia dengan motivasi yang baik dan hati yang tulus. Jangan pernah memfokuskan ”pelayanan” kita pada pujian dan penghargaan.

Melakukan pelayanan dengan penuh semangat dan ”tahan” akan cobaan serta ”sindiran” manusia lain akan menjadikan kita pribadi yang luar super. Misca masih muda, ada banyak hal yang dapat dia lakukan dan aku yakin dia akan menjadi pribadi yang diberkati Tuhan.

” Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.” (Mazmur 23 : 1-3 )


With Love and Harmony
Helena