Selasa, 27 Januari 2009

PANDANGAN ALKITABIAH MENGENAI MANUSIA

Apakah Anda pernah menerima dengan terbuka ide-ide di bawah ini?
Pandangan humanistik: Manusia memiliki sifat yang baik. Injil: Roma 7:18; Titus 3:5; Yeremia 17:9, "Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu, hatinya sudah membatu." Pandangan alkitabiah: Alkitab secara jelas mengajarkan bahwa manusia telah jatuh dan sudah sepenuhnya rusak. Kita adalah pendosa yang butuh seorang Penyelamat. Bersyukur, Tuhan Yesus mati bagi kita untuk menghapus dosa kita dan menyelamatkan kita.

Pandangan humanistik: Alasan mengapa manusia selalu berbuat dosa adalah karena mereka tidak pernah memikirkan diri mereka sendiri sebagai yang tertinggi; mereka merasa tidak penting; mereka memiliki harga diri yang rendah. Mereka tidak bisa diharapkan untuk bisa bertingkah laku dengan benar. Injil: Roma 12:3 dan 3:10-12; Yohanes 8:34, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa."Pandangan alkitabiah: Manusia berdosa karena mereka sudah lahir sebagai pendosa. (Dalam Perjamuan Terakhir, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Lakukan ini untuk mengingat Aku." Hal ini menunjukkan, ada yang lebih penting dari gambaran anggur yang menandakan darah-Nya yang mulia dan roti yang belum dipecah yang melambangkan tubuh Kristus yang tak berdosa. Kita juga perlu mengingat bahwa dengan adanya perjamuan terakhir, bangsa Israel dibebaskan dari perbudakan, dari perhambaan di Mesir. Melalui darah penebusan Kristus di Kalvari, orang percaya yang lahir baru dilepaskan dari perbudakan, dari perbudakan dosa! Puji Dia!)

Pandangan humanistik: Jangan tampar Bobby; kamu akan merusak harga dirinya! Dia benar-benar memiliki sifat yang baik. Injil: Ibrani 12:6; Amsal 29:16 dan 22:15, "Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya. Pandangan alkitabiah: Sekali lagi, setiap anak dan orang dewasa adalah pendosa, rusak secara alami. Disiplin disertai kasih yang terus-menerus diberikan tidak akan merusak harga diri, namun sebenarnya dapat memerbaiki sifat anak dan memberikannya pandangan yang tepat mengenai mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini akan menghasilkan ketaatan yang akan membuahkan sukacita. Sebaliknya, kurang disiplin akan menghasilkan anak yang merasa tidak aman (tidak ada batasan) dan akibatnya menjadi semaunya sendiri dan egois.

Pandangan humanistik: Yesus datang untuk mati bagi kita karena begitu berharganya manusia di mata Tuhan. Injil: "Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!" (Roma 5:10). Pandangan alkitabiah: Intinya adalah bahwa kita adalah musuh Allah. Tidak ada hal baik dalam diri kita, tidak ada yang pantas mendapatkan keselamatan dari Tuhan. Ia tidak menyelamatkan kita karena kita baik, pintar, cerdas, atau cantik. Ia hanya memilih untuk mengasihi kita dan menebus kita. Dengan mengetahui hal ini, kasih dan anugerah Tuhan menjadi lebih menakjubkan!

”TUHAN, MENGAPA ENGKAU MEMBENTUK AKU SEPERTI INI?"

(Persoalan Mengenai Ucapan Syukur, Bukan Menghargai Diri Sendiri)

Setelah beberapa dekade, terjadi pergeseran pendapat masyarakat mengenai bagaimana seharusnya orang memandang dirinya sendiri. Secara khusus, intinya adalah kebutuhan untuk membangun harga diri seseorang atau mencintai diri sendiri. Apakah Anda mendeteksi ada permasalahan di sini?

Hal yang paling menonjol di sini adalah "diri". Pada dasarnya, hal itu adalah cita-cita yang manusiawi karena menempatkan manusia sebagai orang yang mengambil alih dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai "tuhannya".

Inti dari teologi ini adalah manusia menjadikan dirinya sebagai "tuhan", bukan Allah yang menjadi yang pertama dan terutama. Ini bukan hal baru, karena manusia selalu berusaha meminimalisir dosanya dan kerusakan moral yang diturunkan dari dosa Adam. Secara tradisional, gereja Kristen merespons tren baru dengan dua cara.
Gereja bisa menerima dengan hangat ide-ide baru tersebut dengan sedikit memikirkannya atau meninjaunya dengan hati-hati, atau mereka akan menolak dan menjauhinya dengan membuat "peraturan-peraturan" tambahan yang sebenarnya tidak diperlukan.

Dalam lingkungan evangelikal, teologi "self-esteem" atau menghargai diri sendiri telah diterima secara relatif. Dalam lingkungan fundamentalis, ada penolakan terhadap ajaran ini dan ada tindakan menjauhi topik ini. Oleh sebab itu, tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk memberikan pendekatan yang berbeda sebagai suatu usaha untuk melihat subjek ini dari pandangan yang diharapkan tidak berat sebelah. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang diselidiki:

Apakah pandangan Alkitabiah tentang manusia? Apakah seharusnya kita tidak mengajarkan bahwa hidup kita berharga, berguna, dan penting?

MASALAH RENDAHNYA RASA HARGA DIRI

Saya yakin bahwa sebagian besar dari kejatuhan atau dosa pertama, kita bermula dari kurangya rasa harga diri. Ini adalah suatu masalah, yang dimiliki semua orang, tidak peduli bagaimana cara kita, dibesarkan. Bahkan jauh di lubuk hati orang-orang yang berasal dari keluarga yang mendekati ideal pun ada perasaan seperti ini, "Aku memunyai kekurangan. Orang lain mungkin tidak, tetapi aku punya kekurangan. " Bagi sebagian orang, keraguan pada diri sendiri ini tidak pernah menjadi masalah yang sangat serius. Tetapi bagi beberapa yang lainnya, hal itu mungkin menjadi masalah berat.

Keraguan pada diri sendiri dapat menjadi masalah bagi orang-orang yang sedang menuju kedewasaan atau sedang mengalami hubungan-hubungan antarpribadi yang tanpa kasih sayang, tidak disetujui, dan tidak diterima. Hampir semua masalah rendahnya rasa harga diri timbul dari gambaran diri yang diperoleh dari orang-orang yang berarti dalam hidup kita, seperti orang tua, saudara, teman-teman sebaya di lingkungan tempat tinggal, tempat kerja, bahkan di gereja. Sebagai manusia, kita memerlukan penerimaan, pengakuan, dan kasih sayang. Jika orang-orang yang penting dalam hidup kita justru memberi celaan, penolakan, dan suatu perasaan seakan-akan kita tidak dikehendaki, maka kebutuhan pokok kita tidak terpenuhi.

Akibatnya, muncul perasaan harga diri yang rendah sekali. Kita melihat bayangan kita di mata orang-orang ini, dan kita berkata kepada diri kita sendiri, "Saya tidak berharga. "Sebab lain dari rendahnya rasa harga diri adalah pengetahuan teologi yang kurang serta buruknya pengajaran di gereja maupun di dalam keluarga kita. Banyak dari kita yang telah menghasilkan kebaikan dari suatu sifat buruk. Nampaknya, kita percaya bahwa sikap mencela diri itu menyenangkan Tuhan, bahwa ini merupakan bagian dari kerendahan hati orang Kristen, bahkan hal ini perlu untuk memeroleh penyucian dan kekudusan. Dengan berpikir seperti ini, kita telah mencampurkan rasa harga diri yang baik dengan sifat egoisme duniawi yang buruk.

Kedua hal ini tidak sama. Yang benar dari persoalan tersebut adalah bahwa di dalam Kitab Suci, meremehkan harga diri bukanlah sifat rendah hati kristiani yang sejati. Meremehkan harga diri sebenarnya bertentangan dengan ajaran-ajaran pokok iman Kristen. Sebagai contoh, Yesus menyuruh kita mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri (Lukas 10:27, mengutip dari Imamat 19:18). Dengan berkata demikian, yang dimaksudkan oleh Yesus adalah kita hendaknya memiliki harga diri yang pantas. Kita hendaknya menyadari harga diri kita sendiri sebagai manusia dan menggunakan rasa berharga itu sebagai dasar untuk mengasihi sesama kita dengan layak.

Paulus pun menjadikan rasa harga diri sebagai dasar bagi suatu perkawinan yang bahagia. Ia berkata, "Demikian juga suami harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri: siapa yang mengasihi istrinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya," (Efesus 5:28,29). Salah satu versi Alkitab dalam bahasa Inggris menyatakannya sebagai berikut, "Kasih yang diberikan seorang laki-laki kepada istrinya adalah perluasan dari kasihnya kepada dirinya sendiri yang ia berikan untuk membungkus istrinya." Selanjutnya, Paulus mengatakan bahwa inilah jenis hubungan yang dipunyai Kristus dengan gereja-Nya, "Bagi kamu masing-masing ... kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri," katanya meringkaskan (ayat 33) Mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri bukan hanya suatu perintah. Hal itu adalah suatu fakta kejiwaan.

Kita dapat mengasihi sesama kita sampai sejauh kita mengasihi diri sendiri. Seseorang yang rasa harga dirinya rendah akan sangat sukar bergaul dengan orang lain. Kita tidak mungkin mengasihi orang lain tanpa syarat bila kita perlu membuktikan nilai diri kita sendiri, tetapi ketika kita yakin bahwa kita berharga di hadapan Allah, kita bebas mengulurkan tangan kasih kepada orang lain. Jadi, merendahkan diri sendiri tidak sama dengan kerendahan hati, kekudusan, atau pun kesucian. Merendahkan diri bukanlah apa yang dimaksudkan di dalam Perjanjian Baru, dengan menyalibkan diri kita sendiri (seperti yang terdapat di dalam Galatia 2:20, misalnya). Yesus tidak meminta kita untuk merendahkan diri kita sendiri, dan perasaan rendah diri kita bukan berasal dari Tuhan.

Perasaan rendah diri itu sebenarnya berasal dari masa lalu kita. Bila rasa harga diri kita didasarkan pada apa yang orang lain pikirkan tentang kita, carilah sumber informasi lain tentang harga diri kita. Kita harus mendapat rasa harga diri kita dari penilaian Tuhan sendiri. Ia mengasihi, menghargai, dan menilai kita di dalam rencana yang Ia buat bagi diri kita. Paulus berkata, "Terpujilah Allah yang Agung, karena melalui Anak-Nya yang tercinta Ia sangat mengasihi kita" (Efesus 1:6, Alkitab Kabar Baik). Bagi saya, artinya adalah bila kita ada di dalam Kristus, Allah memandang kita dan berkata tentang kita seperti Ia berkata tentang Yesus pada saat pembaptisan-Nya, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan," (Matius 3:17).

Bagaimana kita dapat memiliki harga diri yang sesuai dengan pandangan Tuhan terhadap diri kita? Berikut ini ada beberapa saran:
1. Menyadari cara Saudara dalam menilai diri sendiri. Saya telah menasihati orang-orang agar
memohon kepada Tuhan untuk memeriksa setiap kali mereka meremehkan arti diri mereka sendiri. Satu atau dua minggu kemudian mereka kembali lagi kepada saya dan mereka benar-benar merasa heran. "Anda tahu," kata mereka, "saya tidak menyadari bahwa hal ini begitu dalam tertanam di dalam diri saya. Saya menganggap rendah harga diri saya siang dan malam.

2. Belajarlah untuk menerima informasi yang baik maupun yang buruk.Saya mengatakan kepada orang-orang untuk berlatih menerima pujian dengan senyum dan ucapan terima kasih. Hendaknya mereka berhenti memberikan sifat rohani pada keberhasilan mereka dan jangan menganggap karunia-karunia mereka tidak berharga dengan menyebut hal seperti itu sebagai kerendahan hati

3. Berhenti mengatakan "akulah!" Cara lain untuk mengatasi rendahnya rasa harga diri adalah dengan berhenti menggunakan pernyataan "akulah". Hanya Yesus yang berhak memakai "Akulah" karena Dia dan hanya Dia sendiri yang membuat sesuatu. Sebaliknya, Saudara dan saya selalu akan menjadi sesuatu. Bila Saudara membuat pernyataan "akulah" – akulah bodoh, akulah jelek, akulah tidak dikasihi, akulah canggung kita membatasi diri kita dengan cara yang paling tidak perlu. Jika kita terbiasa memakai pernyataan-pernyataan yang demikian, akan diperlukan banyak doa dan pergumulan untuk mengubah keadaan itu. Kita bisa meminta Roh Kudus untuk memeriksa kita setiap kali kita menggunakannya. Sebagai ganti pernyataan "akulah", kitadapat mengatakan, "Saya adalah seorang anak Tuhan dan Ia mengasihi saya."

4. Mintalah pertolongan. Jika kita sering mengalami penolakan, maka kita perlu bekerja keras sebelum kita dapat menilai diri kita sebagaimana Tuhan menilai kita. Banyak perencanaan ulang dan penyembuhan ingatan yang mungkin diperlukan jika kita pernah menghadapi pukulan-pukulan yang berat terhadap keadaan diri kita. Kita tidak mungkin mendapat kesembuhan ini dengan kekuatan sendiri; kita membutuhkan pertolongan orang lain, dan kita tidak boleh ragu-ragu untuk memintanya. Tuhan akan menyembuhkan Saudara sesuai dengan waktu yang ditentukan-Nya. Ia sangat gembira dengan setiap langkah kemajuan yang Saudara buat. Kasih-Nya kepada Saudara adalah tanpa syarat.

Kasih-Nya sama sekali tidak bergantung pada keadaan Saudara yang mungkin patut dikasihi, tidak bergantung pada apakah Saudara berhak memerolehnya atau tidak, dan juga tidak bergantung pada soal Saudara dapat mencapainya atau tidak. Kasih-Nya diberikan kepada Saudara secara cuma-cuma. Karena Saudara tidak dapat menghidupkan kasih Tuhan itu dengan sesuatu yang Saudara lakukan, Saudara juga tidak dapat memadamkannya dengan suatu perbuatan. Saudara sama sekali tidak dapat membuat Tuhan berhenti mengasihi Saudara. Saudara dapat menolaknya, menutup diri terhadapnya, lalai menerimanya, membuat tembok yang menghalangi Saudara dari kasih itu, dan Saudara bahkan dapat pergi ke neraka daripada menerimanya apabila itu yang Saudara pilih. Tetapi, Tuhan akan terus mengasihi Saudara, bagaimana pun keadaannya.
Jika Ia menghargai Saudara begitu tinggi, atas dasar apa Saudara mengatakan bahwa diri Saudara tidak berharga?Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul Buku: Pola Hidup Kristen
Nama penulis: David Seamands
Penerbit: Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang; Yayasan Kalam Hidup,Bandung; Lembaga Literatur Baptis, Bandung; dan YAKIN, Surabaya 2002Halaman: 378 – 382

Rabu, 03 Desember 2008

Membahagiakan Orang Lain Dengan Ketulusan Hati

Selama jantungku masih trus berdetak maka selama itu juga aku akan merasakan pengalamanpengalaman hidup yang memberikanku semangat, kesedihan, dan sukacita. Beberapa hari ini, konsentrasiku akan pekerjaan terganggu dengan tugas akhirku sebagai mahasiswa di dalah satu universitas swasta di Jakarta. Tekanan ini membuatku ”bingung” untuk melakukan kewajibanku yang lain sebagai pekerja dan aktivitis di gereja.

Caraku menghadapi orang lain sedikit ”emosi” dan mudah ”tersinggung” melalui kata-kata dan sikap yang membuatku penuh dengan prasangkan negatif. Menjadi pribadi yang dewasa dan tenang sangatlah tidak mudah. Aku berproses membuang rasa egois yang membuatku jadi arogan. Pengajaran-pengajaran yang kudapat melalui agamaku sangat membantuku untuk menjadi pribadi yang tenang dan pengetahuanku akan karakter orang lain sangat mendukung aku menjadi pribadi yang mau dan tulus menerima perbedaan.

Sebut saja, namanya ”Misca”, gadis muda yang masih berusia belasan tahun ini adalah juniorku di Gereja. Aku mengenalnya setahun yang lalu saat dia mendatangi gereja kami dan bergabung di komunitas Pemuda. Saat itu aku sebagai salah satu aktivis pemuda menyambutnya dengan tulus dan mengharapkan dia menjadi bagian dari keluarga kami.

Dia datang dan bergabung dengan komunitas kami dan aku sangat senang. Beberapa kali pertemuan dengannya, aku mulai memahami pribadinya. Dia adalah gadis muda yang bercita-cita ingin jadi penyanyi. Suaranya bagus dan dia layak jadi penyanyi.

Aku tidak begitu akrab dengannya tapi aku ”peduli” akan keimanannya pada Tuhan. Aku memang sulit untuk dekat begitu saja dengan orang lain dan butuh proses untuk aku percaya pada orang lain. Beberapa bulan terakhir, dia menjadi PR buatku. Aku merasa ”bertanggungjawab” akan karakternya yang beda dengan orang lain. Seorang Misca yang dipercayakan Tuhan padaku adalah suatu ”tantangan” dan ”anugerah” aku bisa melayaninya. Aku mencari tahu latar belakang kehidupannya, aku mencoba menjadi pendengar yang baik untuknya, aku ”tulus” menerima perbedaannya”

Ini semua aku lakukan bukan untuk menyenangkan manusia tapi aku tahu Tuhan punya ”rencana” yang indah buat aku dan Misca.
Pernjalananku bersama Misca tidaklah semudah yang aku bayangkan. Posisiku sebagai koordinator pemuda dan banyak aktivitas lain yang menuntut keterlibatanku benar-benar mempengaruhi hubunganku dan Misca. Dia sangat tidak suka kalau aku tidak memperhatikannya atau meninggalkannya sendiri dengan orang yang dia tidka nyaman.

Aku memberinya pengertian bahwa aku tidak melupakannya tapi aku juga punya tanggungjawab yang harus kuselesaikan. Pengertian itu membuatnya tenang dan yakin. Aku bersyukur ada banyak pribadi yang mendukungku dan memberiku semangat.

Aku bahagia dan bangga saat Misca mengatakan kalau dia ”mengagumiku” dan ingin seperti diriku. Dia belajar untuk menjadi diri sendiri dan aku suka dengan keyakinannya itu. Aku melihat bahwa dia sangat kreatif dan keterlibatannya dalam organisasi gereja menunjukkan semangatnya untuk berubah. Aku benar-benar yakin kalau Tuhan memberinya banyak talenta yang bisa dia kembangkan. Saat melihatnya, aku bersyukur pada Tuhan bahwa aku diberi kekuatan untuk menerima perbedaan pribadinya. Aku bersyukur pada Tuhan aku dimampukan untuk menjadi pendamping buat Misca.

Kebutuhannya untuk selalu diperhatikan dan kebutuhannya akan pujian dan penghargaan sangat mencerminkan karakternya. Aku terus berupaya meyakinkannya bahwa dia sangat berharga dimata Tuhan dan apa yang dia lakukan akan Tuhan lihat. Aku mengajarkannya untuk melakukan ”pelayanan” pada manusia dengan motivasi yang baik dan hati yang tulus. Jangan pernah memfokuskan ”pelayanan” kita pada pujian dan penghargaan.

Melakukan pelayanan dengan penuh semangat dan ”tahan” akan cobaan serta ”sindiran” manusia lain akan menjadikan kita pribadi yang luar super. Misca masih muda, ada banyak hal yang dapat dia lakukan dan aku yakin dia akan menjadi pribadi yang diberkati Tuhan.

” Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.” (Mazmur 23 : 1-3 )


With Love and Harmony
Helena


Selasa, 01 Juli 2008

TULANG RUSUK!

Mia: Sudah satu minggu kita pacaran, aku mau tanya siapa sich yang paling kamu cintai di dunia ini?

Joe: Kamu dong!

Mia: Menurut kamu, aku ini siapa?

Joe: Kamu tulang rusukku!

Mia: Kok bisa tulang rusukmu?

Joe: Aku ceritakan sejarahnya ya... Dulu karena Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua Pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, ia tidak lagi merasakan sakit di hati. Begitu juga dengan tulang rusuk yang ditemukan, dia merasa lengkap, dan tidak kehilangan suatu apapun, maka diapun tidak merasakan sakit di hatinya. Seperti saat ini, hatiku terasa nyaman dan lengkap dengan adanya kamu di sisiku.

Pasangan itu mengalami masa yang indah dan manis untuk beberapa saat. Namun setelah mereka beranjak ke dunia kerja, kedua pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan kerja masing-masing dan kepenatan hidup yang ada. Hidup mereka menjadi membosankan, jarang bertemu, dan mulai terjadi pertengkaran- pertengkaran besar dalam kehidupan mereka.

Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin menyakitkan. Pada suatu hari pada akhir sebuah pertengkaran Mia keluar dari mobil Joe sembari membanting pintu Mobil. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak:

"Kamu nggak cinta lagi sama aku! Kita putus saja!".

Joe sangat membenci ketidak-dewasaan Mia dan secara spontan balik berteriak:

"Kamu terlalu kekanakan, aku benci kekanakanmu itu, cobalah berpikir lebih dewasa ketika menghadapi masalah!"

Mia yang terpancing oleh emosinya-pun spontan berteriak marah:

"Aku menyesal menerimamu sebagai pacarku, kamu ternyata salah, ternyata aku bukan tulang rusukmu !!!"

Tiba-tiba Joe terdiam dan berdiri terpaku di samping mobilnya untuk beberapa saat. Joe menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan, dia menyesal kenapa menjelekkan kekanakan Mia. Namun karena emosinya masih meluap, dia segera masuk kemobilnya, menancap gas, dan meninggalkan Mia yang sedang berlari masuk ke rumahnya.

Sesampai di kamarnya, Mia menyesal berkata bahwa dia bukanlah tulang rusuk Joe, dia mengingat semua kebaikan Joe, semua pengorbanannya, dan segala ketulusannya, dan Mia menangis. Tetapi seperti ludah yang telah terludahkan, kata-katanya tidak mungkin untuk diambil kembali. Karena emosi masih terlalu menguasainya, dengan berlinang air mata, Mia bertekad untuk berpisah. Dia mengambil handphone-nya, dan menuliskan sebuah SMS untuk Joe:

"Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan Kita berpisah dan mencari pasangan sejati Kita masing-masing! "

Tahun demi tahun berganti dan berlalu begitu cepat, namun Mia masih belum bisa melupakan Joe. Mia berusaha mencari tahu tentang kehidupan Joe. Dari temannya, dia tahu bahwa Joe pernah ke luar negeri beberapa tahun, tetapi sudah kembali. Dia pernah berpacaran dengan seorang asing, namun kini sudah putus.

Mia agak kecewa tahu bahwa Joe tidak menunggunya kembali. Di tengah malam yang sunyi, dia menyeduh dan meminum the hijau tawar dari cangkirnya, dan merasakan ada segores luka yang teramat sakit di hatinya. Tetapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Joe.

Suatu hari, mereka kembali bertemu di airport, tempat di mana banyak terjadi pertemuan dan perpisahan. Mereka hanya dipisahkan oleh sebuah kaca pembatas...

Joe: Hai, apa kabar?

Mia: (Gugup dan karenanya, Mia hanya menjawab sepatah dua patah kata) Baik...

Joe: (Diam sejenak mencari bahan obrolan, lalu berkata) Apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?

Mia: Belum...

Joe: Maaf, aku terburu-buru, aku harus terbang ke New York dengan penerbangan berikut. Aku akan kembali dua minggu lagi. Berapa nomor teleponmu sekarang? Aku akan menelponmu...

Mia: Kamu tahu nomor teleponku, tidak Ada yang berubah...

Joe: Ok, saya akan call kamu nanti.

Joe tersenyum kecil, lalu berlalu sambil melambaikan tangan Dan berkata: " Bye ...."

Satu minggu kemudian, ketika Mia sedang menonton televisi, Mia menemukan bahwa ternyata Joe adalah satu korban Menara Kembar WTC. Malam itu, sekali lagi, Mia meminum the hijau dari cangkirnya, kali ini the itu tidak tawar, namun asin karena air mata Mia berjatuhan tertetes di cangkir itu. Ya, Mia menangis, dia kembali merasakan sakit di hatinya, kali ini jauh lebih sakit. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Joe, asal dari semua tulang rusuk yang dia miliki, pasangan dari semua tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan, dan kali ini kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya sudah sirna.


Moral of the story.

"Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya adalah fatal. Seringkali penyesalan itu datang terlalu lambat, akibatnya setelah kita menyadari kesalahan kita, semua sudah terlambat....

Karena itu jagalah dan sayangilah orang yang kau cintai dengan segenap hatimu...

Sebelum kau mengucapkan sesuatu berpikirlah dulu, apakah kata-kata yang kau ucapkan akan menyakiti orang yang kau cintai.

Kalau ya sebaiknya jangan kau ucapkan. Karena akan semakin besar resiko yang akan kau tanggung ketika kehilangan orang yang kau cintai.

Jadi berpikirlah dahulu, apakah kata-kata yang akan kau ucapkan sebanding dengan akibat yang akan kau terima?


Oleh : Vernando Sinaga s.Th

Minggu, 29 Juni 2008

PUJIAN DAN PENYEMBAHAN

Apa sih “penyembahan” itu..??

Penyembahan adalah suatu bentuk kasih kita kepada Tuhan yang merupakan suatu hubungan atau komunikasi antara kita dengan Bapa. Kita diciptakan untuk menyembah Dia karena Dia adalah Allah yang layak untuk disembah, agung dan mulia. Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan (Maz. 150:6). Penyembahan itu haruslah keluar dari dalam diri kita dengan apa adanya kita. Kita harus tahu siapa sebenarnya diri kita di dalam Tuhan, sehingga kita bisa menyembah Dia dengan segala yang ada pada kita. Kita adalah anak-Nya, kita harus menjadikan Allah itu BAPA dalam hidup kita dan berkomunikasi dengan-Nya. Jangan pernah menganggap remeh talenta yang ada dalam diri kita, sebaliknya kita harus belajar untuk memberikan yang terbaik untuk Tuhan. Kita harus mengerti kuasa yang ada dalam penyembahan dan kuasa hadirat Tuhan itu. Kita menyembah Dia karena kebesaran-Nya, kesetiaan-Nya, kebaikan-Nya bagi kita dan karena siapakah Dia…..?

Penyembahan itu tidak hanya bicara soal menyanyi atau musik yang kita mainkan saja tetapi penyembahan itu lebih merupakan sifat dasar hidup kita dan hati kita. Penyembahan tidak hanya dilakukan di Gereja saja, tetapi harus merupakan suatu gaya hidup dan suatu hubungan yang intim antara kita dengan Tuhan di manapun kita berada. Sebenarnya yang Tuhan mau dari penyembahan ini adalah hati kita yaitu “hati yang menyembah” yang selalu bisa menyembah Dia dimanapun, kapanpun dan dalam keadaan apapun. Tuhan bukan mencari orang yang pintar bernyanyi/bermain musik, tetapi Tuhan mencari orang yang memiliki hati yang mau menyembah Dia.

Apa artinya menyembah di dalam Roh?

Kita harus menjadi penyembah di dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:24). Apa dan bagaimana menyembah di dalam roh itu ….? Menyembah di dalam roh berarti adanya hubungan roh kita dengan Roh Bapa (bersatu), sehingga penyembahan itu menjadi suatu komunikasi antara roh kita dengan Roh Bapa di surga. Sedangkan “di dalam roh” artinya menyembah dari dalam hati dan bukan dari mulut dan bibir saja (Mat. 15:8-9). Kita harus menyembah Tuhan dengan sepenuh hati, jangan menjadi orang munafik yang bisa mengangkat tangan dan menari, tetapi mempunyai motivasi yang salah. Misalnya memiliki motivasi supaya orang melihat mereka sebagai orang yang rohani padahal hatinya jauh dari Bapa. Oleh sebab itu kita harus benar-benar mengoreksi motivasi kita dalam menyembah dan menuruti kehendak-Nya, bukan kehendak kita. Kita harus membiarkan Roh Tuhan berdiam dalam hidup kita, sehingga apapun yang kita lakukan akan mencerminkan hidup Kristus.

Menyembah dalam kebenaran itu gimana sih..?

Menyembah dalam kebenaran, artinya (Kol 2:20-32) kita harus mengerti maunya Bapa. Bagaimana caranya…? Ya, belajar Firman Tuhan. Firman Tuhan itu adalah surat cinta dan isi hati-Nya. Kita harus mengerti firman-Nya dan merenungkannya siang dan malam (Maz. 1:2 ; Yos. 1:8), karena pada saat kita mengetahui akan firman-Nya, kita tahu bahwa firman itulah yang akan membebaskan dan memerdekakan kita. Segala sesuatu yang ada di dunia ini bisa berakhir, tetapi Firman Tuhan itu kekal dan hidup. Oleh karena itu jangan pandang remeh Firman Tuhan. (Yoh. 8:32). Kebenaran akan memerdekakan kita, makanya kita harus memelihara kebenaran dalam hidup karena Allah adalah Allah yang Mahatahu dan tidak ada yang dapat menyembunyikan suatu hal apapun dari-Nya. Dalam menyembah, kita harus menyembah Dia dengan kebenaran hidup (jujurlah terhadap Tuhan, terhadap diri sendiri dan orang lain) sehingga saat kita menyembah, kita akan masuk dalam hadirat-Nya. Saat menyembah, kita ini seperti orang yang telanjang dihadapan Tuhan, terbuka dan membiarkan Dia untuk menjubahi kita dengan hadirat-Nya dan dengan pakaian kemuliaan-Nya. Kita harus hidup dengan integritas yang mana tidak perlu ada yang disembunyikan dan dibuktikan. Jadi hiduplah dengan apa adanya dalam diri kita dan biarlah Tuhan yang bekerja dan setujulah dengan dirimu.
Apa sih Fokus/tujuan dalam Penyembahan …?

Penyembahan itu berbicara tentang kebesaran Tuhan dan bukan tentang manusia. Keluaran 15:2, Tuhan adalah kekuatanku dan pujianku,… Seringkali kita mencari suatu kepuasan dan keegoisan kita muncul pada saat kita menyembah-Nya. Kita harus benar-benar mengoreksi hati kita “Mengapa saya lakukan apa yang saya lakukan…!!!”. Tujuan kita menyembah Dia adalah karena keagungan-Nya dan kebesaran-Nya bukan untuk diri kita sendiri (Maz 138:2, 5). Dalam mazmur 136, kita lihat betapa agung, mulia dan betapa baiknya Tuhan kita, sehingga kita bisa mengerti akan kebesaran-Nya. Dan dalam hadirat-Nya itulah kita akan merasakan keintiman, kasih sayang, penyertaan dan karya-Nya sehingga kita terpuaskan dalam hadirat-Nya. Fokuskan penyembahan kita kepada-Nya dan senangkanlah hati-Nya, maka Bapa yang di surga akan datang dan memenuhi segala kebutuhan kita. Ingat fokus kita adalah untuk memberi rasa syukur dan mengungkapkan kasih kita kepada-Nya, bukan untuk mendapatkan apa yang kita butuhkan, contohnya: keinginan daging, kebutuhan fisik dan keuangan, dll.. (Mat. 6:33 Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya ….). Cari dulu Allahnya! Penyembahan itu membina keintiman kita dengan Bapa dan tentang ketaatan hati kita kepada-Nya. Penyembahan adalah suatu tindakan yang harus keluar dari diri kita yang sesungguhnya (siapa kita …?). Pujian itu berarti ungkapan syukur kita kepada Tuhan, ungkapan iman. Saat kita tidak ingin memuji Dia itu adalah saatnya kita untuk membawa korban syukur pujian, sehingga kita bisa memuji Dia di setiap saat dan kondisi. Ini membutuhkan suatu keputusan dari dalam hati dan juga ketaatan kita.

Kita harus mematikan kedagingan, sehingga apapun yang kita lakukan bisa terfokus pada Tuhan dan bukan pada diri sendiri atau masalah kita. Tuhan mesti bertambah dan kita mesti berkurang. Biarlah disetiap detik kehidupan, kita bisa mempunyai sikap yang menyembah Dia dimanapun, kapanpun kita berada, dan dalam situasi apapun lewat perkataan kita, tingkah laku kita, maupun sikap hati kita. Semua hal diatas adalah suatu tindakan penyembahan kepada Bapa, karena penyembahan itu berbicara mengenai kehidupan dan hati kita. Mari kita berikan hati yang murni kepada Bapa agar Dia bisa menghapus segala luka hati dan membuatnya menjadi baru, sehingga kita bisa menyembah-Nya dari hati yang murni. Biarlah hidup kita bisa menjadi berkat bagi banyak orang dan kemanapun kita pergi, kita akan selalu membawa hadirat Tuhan dalam hidup kita.
Hidup kita jangan dikontrol oleh perasaan !!!

Jangan menyembah Dia dengan emosi/perasaan karena kalau kita menyembah hanya dengan perasaan maka kehidupan kita tidak akan stabil. Oleh sebab itu, kita harus membuat keputusan, bahwa kita akan terus memuji dan menyembah Dia dan tidak tergantung pada kondisi/keadaan disekeliling kita. Kita harus belajar untuk menyerahkan segalanya kepada Tuhan dan biarkan Tuhan menjadi Tuhan dalam segala situasi kita. Kita harus melangkah dengan iman, walaupun kita tidak merasakan seperti yang kita lakukan, tetapi kita harus membuat keputusan untuk selalu berkomunikasi dan menyembah kebesaran-Nya, sekalipun hidup kita seperti badai yang bergelora. Kita harus menjadikan Yesus Raja dalam hidup kita, sehingga kita tidak lagi dikontrol oleh perasaan melainkan dikontrol oleh Roh Allah. Harus bangkit dan jadilah orang yang kuat yang bisa melihat keadaanmu sendiri. Kita harus senantiasa memuji dan menyembah Dia dalam segala keadaan karena Dia layak untuk mendapatkan semuanya itu. Manusia sering sekali kecewa kepada Tuhan, sepertinya Tuhan tidak memenuhi kebutuhan kita. Tetapi kita harus mengoreksi motivasi kita dalam menyembah Dia, apakah penyembahan yang dilakukan untuk diri sendiri yang didasari oleh keinginan, ataukah mungkin ada masalah ? ataukah itu semua dilakukan karena keagungan-Nya, kesetiaan-Nya, kebesaran-Nya dan kasih kebaikan-Nya kepada kita? Bersyukurlah senantiasa (1 Tes 5:18). Sembahlah Dia karena Diri-Nya dan karena Dia adalah Raja diatas segala raja.
Penyembahan adalah sebagai alat berperang, menyembuhkan, karena Allah dapat melakukan apa saja di dalam hadiratNya.

Alasan lain mengapa kita menyembah Tuhan adalah untuk peperangan rohani (II Taw. 20:20). Dalam peperangan rohani kita harus terus beriman kepada Tuhan dan penyembahan kita bisa untuk menyembuhkan, karena kita percaya di dalam hadirat-Nya ada kelepasan dan ada kesembuhan (1 Sam 16:23) dan yang paling penting penyembahan itu adalah untuk bertemu dan bersekutu dengan Dia (Maz 27:4-6, inilah yang kupinta biarlah aku bisa berdiam di hadirat-Mu senantiasa, …). Iman tidak tergantung pada situasi dan kondisi (1 Taw. 16:29).

Rutinitas dan harapan dalam hadirat-Nya

Rutinitas! Kadang-kadang kita terlalu menganggap remeh dengan hadirat Tuhan, sehingga kita menganggapnya sebagai suatu yang biasa-biasa saja, lalu kadang kita berpikir: ah, ke gereja, lalu ikut pujian dan penyembahan, sehingga kita menganggap sebagai suatu kebiasaan, rutinitas dan keharusan, padahal Bapa ingin sekali “penyembah” yang merindukan hadiratnya siang dan malam dan selalu mengharapkan sesuatu yang baru dan kita tidak pernah bisa maju ke tingkat berikutnya karena kita sudah terbiasa dengan apa yang dilakukan di gereja setiap kalinya. Kita harus menghindar dari roh rutinitas, karena roh ini yang akan membawa kita macet, sebab kita tidak akan pernah melihat mujizat dan sesuatu yang baru kalau kita selalu membatasi pekerjaan Tuhan. Kita harus memberi ruangan buat Tuhan bekerja, jangan membatasi Dia dengan kebiasaan kita. Karena sering, saat Roh kudus mau bekerja, karena kita terlalu biasa dan terlalu rutinitas dengan apa yang sering terjadi sehingga kita membatasi dia, dan kita tidak akan bisa melihat sesuatu yang baru lagi. Kita harus selalu harapkan sesuatu yang baru dari Tuhan. Karena saya percaya hidup ini seperti karet yang bisa ditarik (elastis) sehingga kalau kita makin mengelastiskan hidup kita, maka Tuhan akan semakin mengisi hidup kita, tapi kalau kita cuma membuka sedikit saja, maka Tuhan akan mengisi sedikit juga. Jadi intinya Apa yang diharapkan itulah yang kau dapat! Jika engkau mengharapkan sesuatu yang besar, Allah akan melakukannya tetapi jika engkau tidak mengharapkan apa-apa Tuhan juga tidak akan melakukan apapun. Jadi setiap kali kita datang ke gereja pada saat kita masuk ke dalam hadirat Tuhan kita harus membawa “harapan” itu, sehingga Tuhan akan memenuhi harapan kita. Ayo ! Kita harapkan sesuatu yang besar dan dahsyat untuk-Nya.

Kita harus tahu bahwa Allah kita adalah Allah yang kreatif, contohnya Dia menciptakan kupu-kupu dengan warna-warni yang indah, menciptakan manusia yang unik dan berbeda, dsb. Allah kita adalah Allah yang penuh dengan ide dan kreativitas. Dia dapat mengerjakan sesuatu diluar imajinasi (Ef. 3:20), sehingga jangan pernah membatasi Tuhan dengan imajinasi kita, tetapi biarlah Dia memiliki kebebasan untuk bergerak dan berkreatif di dalam kehidupan kita dan juga di dalam penyembahan di gereja. Karena Dia memiliki banyak sekali cara untuk menyampaikan pesannya kepada kita dan juga untuk menyatakan kehadiran-Nya. Jadi jangan ber-“rutinitas” dengan apa yang selalu kita kerjakan, tetapi kita harus memiliki gairah dalam melakukan sesuatu, sehingga rasanya kita baru pertama kali melakukannya.

Atmosfir

Sekarang kita mau lihat bagaimana caranya supaya kita menciptakan suatu atmosfir dalam pujian dan penyembahan di gereja. Dunia kita ini dipenuhi dengan atmosfir rasa takut, khususnya sejak kejadian 11 sepetember WTC, kita bisa melihat banyak sekali orang yang hidupnya dipenuhi dengan ketakutan, kekecewaan, kepahitan dan khususnya di dalam dunia ini, orang-orang dipenuhi dengan rasa takut, ketidakamanan, keraguan dan banyak lagi hal-hal negatif yang memenuhi atmosfir di dunia ini. Oleh sebab itu kita sebagai anak-anak Tuhan harus membawa atmosfir yang baik ke dalam dunia ini. Kita tahu bahwa lawan kata dari takut itu adalah iman, karenanya kita harus membawa atmosfir iman ke dalam dunia ini, dan atmosfir hadirat Allah. Setiap manusia mempunyai atmosfir di dalam hidupnya. Contohnya, kalau satu orang memasuki suatu ruangan dan kita akan merasakan kehadiran dan merasakan atmosfir yang dibawa oleh orang tersebut, apakah orang itu membawa atmosfir keceriaan/iman/gairah, dll. Atau orang itu membawa atmosfir yang negatif, contohnya bersungut-sungut. Jadi intinya kita sebagai penyembah-penyembah harus bisa membawa “Atmosfir yang bagus” ke dalam kehidupan kita, khususnya lewat perkataan kita. Koreksi perkataan yang keluar dari mulut kita, apakah itu negatif atau positif, apakah itu membangun atau menjatuhkan, juga pikiran kita. Selain itu lewat komitmen dalam hidup kita, karena tingkatan komitmen dalam hidup kita akan membentuk kehidupan dan atmosfir kita, contohnya seberapakah komitmen kita terhadap Tuhan, pemimpin kita, gereja, team kita, terhadap keluarga, dsb…. Kita harus belajar menjadi orang yang bisa berkomitmen. Itu akan membentuk karakter dan atmosfir kita juga. Setialah dari hal-hal kecil karena pada saatnya Tuhan akan membawa kita naik setingkat lagi. Kita juga harus mempunyai kepekaan rohani supaya kita bisa membentuk atmosfir hidup kita atas dasar Roh Kudus dan Roh Allah. Sehingga kalau masing-masing kita sudah membawa atmosfir yang baik dalam hidup kita maka pada saat kita berkumpul bersama di dalam gereja atmosfir itu akan dirasakan oleh orang-orang yang berada di sekeliling kita. Itulah sebabnya kita harus membangun atmosfir di hidup kita dan biarlah hidup kita dipimpin oleh Roh Allah saja, sehingga kita bisa membagikan atmosfir hidup kita dan menjadi berkat buat orang lain.

Tips sebagai Pemimpin Pujian:

1. Sebagai Pemimpin Pujian kita harus “bersih” dengan tugas kita sebagai Pemimpin Pujian. Tujuannya: Membawa jemaat ke dalam hadirat Tuhan dan agar mereka bisa berdiam dan merasakan hadirat Tuhan, mempersiapkan jemaat untuk ditaburi dengan firman Tuhan, menciptakan atmosfir surgawi.
2. Dalam mempersiapkan lagu pilihan tema untuk setiap minggunya, misalnya tema untuk minggu ini adalah perayaan pujian, jadi lagu-lagunya menjurus tentang perayaan, atau mungkin temanya adalah intimasi. Agar memiliki tema dalam suatu kebaktian, kita harus peka terhadap pimpinan Tuhan dan juga berkomunikasi dengan pemimpin/pendeta kita.
3. Praktis dan berikan yang terbaik buat Tuhan. Bangun talentamu!
4. Jangan memaksakan jemaat, pimpinlah dengan iman dalam naungan Roh Kudus. Tahu bagaimana harus berkomunikasi dengan jemaat, pemusik, singers, contohnya: kontak mata, bangun hubungan antara kita dengan team, tanda-tanda lewat tangan.
5. Jadilah dirimu sendiri karena kita mempunyai panggilan dan keunikan masing-masing. Jangan mencoba untuk menjadi orang lain. Kita harus menjadi kokoh dan tahu bahwa Tuhan memanggil kita untuk melakukan apa yang Ia inginkan. Kita mempunyai peranan penting. Jadi bekerjalah dari dalam karena apa yang ada di dalammu itulah yang akan mengatur apa yang akan kau lakukan.
6. Berkomunikasilah dengan pendeta. Kadangkala ada waktu-waktu tertentu dimana pemimpin pujian dan pendetanya harus duduk dan merencanakan untuk perkembangan dan rencana untuk Team Pujian dan Penyembahan dan dibawah kontrol (visi) pendeta. Milikilah hubungan yang kuat dengan gembala dan bekerjalah dengannya dan bergerak bersama dengan visi gembala. Ibr 13:17, bekerja di bawah otoritas gembala, dan melayani dalam visi di rumah Tuhan. Mempunyai komitmen dengan gembala demi kesuksesan di dalam segala hal. Setan suka sekali mencoba untuk menghancurkan hubungan antara WL (Worship Leader) dan pendeta supaya gereja itu tidak bisa berkembang, sebelumnya kita harus memecahkan tembok itu dan bersama dengan pastor kita maju (1 Pet. 4:10). Kita berlari arena yang sama, kita harus lari bersama. Mazmur 81;15. penundukan diri datang dari hati kita.
7. Setialah kepada team, tingkatkan komitmen di dalam team. Bangun hubungan yang baik dan kesatuan di dalam satu team.
8. Disiplinlah, contohnya: tepat waktu, kehadiran….
9. Rendahkanlah dirimu, jangan pernah mempunyai tujuan untuk mencari promosi, tetapi sebagai WL, kita harus belajar untuk meletakkan diri kita di balik salib-Nya sehingga hanya Dia yang dimuliakan. Tudung pelayan adalah kunci keberhasilan sukses kita. Di manapun letak posisi kita, apapun yang kita lakukan kita harus memiliki sikap seorang hamba yang tujuannya hanyalah untuk menyenangkan Tuannya.(Filp. 2:3-11). Layani dengan iman yang penuh (Ayb. 23:11-14). Layani dengan sikap hati yang benar (I Pet 4:10-11)
10. Bangkitlah para pemimpin baru. Jangan takut dengan pemimpin baru, kita harus menjadi orang besar yang tahu bagaimana melepaskan segala sesuatu dalam panggilan-Nya. Jangan cemburu dengan keberhasilan orang lain, melainkan kita harus merasa aman dan yakin dengan diri kita, dan senang dengan keberhasilan orang lain.
11. Mempunyai ketrampilan untuk memimpin dan berlatih serta memberikan yang terbaik untuk Allah. Melayani dengan roh yang luar biasa (roh yang ingin memberikan yang terbaik) bukan roh yang perfeksionis (roh yang ingin membuat segala sesuatu sempurna dan segala sesuatu teratur) tetapi kita perlu mengetahui pada saat kita memberikan yang terbaik dari dalam hati kita, sehingga Tuhan akan membuatnya sempurna di mata Dia dan bukan di mata manusia.
12. Jangan mencoba untuk menyenangkan diri sendiri karena itu kita berarti kompromi.Tetapi apapun yang kita lakukan kita harus menyenangkan Tuhan. Terkadang kita harus mengambil langkah untuk taat agar Allah mengambil alih, karena seringkali sebagai WL kita mencoba untuk menyenangkan orang-orang lain bukan menyenangkan Tuhan, karena kita takut ditolak oleh orang. Oleh sebab itu kita harus punya fokus untuk menyenangkan Tuhan dan menjadi aman dengan diri kita, sehingga kita tidak takut ditolak orang, tetapi kita bisa berdiri dan berada dalam penguasaan Allah.
13. Untuk menjadi seorang penyembah yang benar, itu merupakan suatu proses kehidupan kita, sehingga kalau kita mau diproses Tuhan, kita tidak boleh lari karena Dia sedang membentuk kita untuk menjadi bejana-Nya yang indah. Seberapa lama sih prosesnya itu? Hidup adalah sebuah perjalanan dan demikian juga dalam penyembahan. Seberapa lama proses kita itu tergantung dengan diri kita, dan bagaimana kita meresponi proses tersebut. Apakah kita taat atau malahan kita menunda proses-Nya sehingga kita harus tahu bagaimana tinggal di dalam proses dan tinggal di dalam Allah.
14. Intinya sebagai WL kita harus mengerjakan 4”S” dalam pelayanan, yaitu Skill /trampil (kemampuan secara tehnik, memahami dasar pengetahuan tentang musik.), Maz. 33:3. Sensitivity/kepekaan terhadap Roh Kudus, terhadap orang lain, dan terhadap arus pimpinan Tuhan (Gal 5:16). Submission/kepatuhan, coba lagi dan coba lagi, karena ini adalah bagian terpenting sbg WL. Kita harus tahu bagaimana tunduk kepada otoritas di atas kita. Tunduk kepada Tuhan dan otoritas di atas kita. Sanctification/Kekudusan, adalah proses dijadikan murni (menjadi seorang pribadi yang utuh), sedang dipisahkan (Rom. 5, Filp. 1:6, I Tes. 5:23, Ef. 1:4, Kol. 1:10,23)
15. Jadilah nyata! Jangan memakai topeng! Sebagai penyembah-penyembah yang benar, kita harus menghidupi kehidupan dan karakter Kristus, jangan hanya bisa menyembah di atas panggung tetapi berbeda dengan kehidupan di bawah, sehingga kita menjadi orang munafik. Karena itu, marilah berada dalam suatu hidup yang nyata!!

Bagian-bagian Dalam Tim Penyembahan :

Ketua Musik/ Worship Leader :yang mempunyai tugas atau peran yang sama seperti Worship Leader, karena dia adalah penyembah yang tahu menyembah Tuhan dengan permainan musiknya, dan mengatur para pemusik dalam satu pelayanan, sehingga musiknya bisa ada keharmonisan dan dia harus bekerja sama dengan WL dan mengetahui apa maunya WL dan bersama-sama menjalankannya. Dia juga harus berada dalam keselarasan dengan Roh Kudus, sehingga Dia bisa peka terhadap pimpina Roh Kudus.

Singers/Penyanyi-penyanyi: mempunyai tugas sebagai penyembah bersama-sama dengan Pemimpin Pujian untuk membawa hadirat Tuhan dan menambah keharmonisan didalam vocal dan Para Penyanyi juga sebagai contoh di dalam penyembahan.

Penata Suara/sound man: adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam penyembahan. Kita perlu memiliki komunikasi yang baik dengan penata suara orang yang menangani sound sistem. Tanpa disadari kita sering menganggap remeh bagian ini, padahal kita harus mengerti betapa pentingnya mereka dan harus berterimakasih kepada mereka.

Pemusik : mereka adalah tim yang bersama-sama dengan WL dan Direktor Musik untuk mendatangkan hadirat Tuhan (Maz. 150). Musik dipakai juga untuk alat peperangan. Sebagai Pemusik kita juga harus memiliki hati yang menyembah, jangan hanya melayani dengan talenta saja, tetapi melayani dengan hati. Sebagai pemusik kita harus tahu 4 ketrampilan musik : mengetahui melodi, harmonisasi, irama dan belajar kata-kata. Jadi kita juga harus memiliki dasar-dasar ini, dan mengembangkannya sampai maksimal.

Choir/Paduan Suara : mempunyai tugas untuk membawa atmosfir dan menghasilkan suatu suara harmonis, dan di paduan suaralah secara khusus sebagai tempat untuk membina orang untuk meningkat ke tingkatan lain daalam pelayanannya dan meningkatkan talentanya.

Dancers/Penari-penari : merupakan suatu bagian dari pemusik yang tujuannya bukan untuk menampilkan dirinya sendiri tetapi untuk bekerja sama dengan tim penyembaahan untuk membawa hadirat Tuhan dan merupakan suatu ekspresi tubuh dalam menyembah Tuhan.
By : Vernando Sinaga